LEARNING COMMUNITY SEBAGAI IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR

0
IMG_7333

Berbicara tentang pendidikan, mari kita melihat pendidikan dalam arti yang lebih luas. Harus kita akui bahwa melalui sistem pendidikan yang tepat kita dapat melihat perkembangan masa depan sebuah negara. Apabila sistem pendidikan yang diterapkan di dalam sebuah negara terkonsep dengan baik, maka akan terlihat bagaimana perkembangan dalam berbagai sektor lainnya, karena pada dasarnya pembangunan sebuah negara harus bermula dari pembangunan sumber daya manusia (human development) salah satunya melalui pendidikan.

Perihal ini juga disampaikan oleh Shane (1834:39) yang menyatakan bahwa pendidikan dapat memberikan kontribusi di hari esok, hal itu berarti bahwa pendidikan merupakan investasi untuk perkembangan sebuah negara karena pendidikan yang tepat dapat merekonstruksi tata cara hidup sebuah negara menuju kualitas hidup yang lebih baik. Dalam penjelasan umum undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (UU no.20/2003) menjelaskan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya sebagai upaya mengoptimalisasi potensi diri melalui berbagai proses pembelajaran atau cara-cara yang diakui dalam masyarakat.

Perkembangan teknologi yang semakin maju berdampak pada pola hidup manusia yang bergerak menjadi lebih cepat, sehingga hal itu memaksa segala sisi kehidupan manusia bergerak menjadi lebih instan. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk generasi sekarang dan yang akan datang, yang mana perkembangan teknologi yang semakin maju menyebabkan adanya persaingan yang lebih besar dalam dunia kerja, di sisi lain, penggunaan tenaga manusia dalam berbagai sektor sudah banyak yang tergantikan dengan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) berupa sistem komputerisasi dan robotik. Oleh karena itu, untuk dapat survive di tengah arus teknologi yang semakin maju tersebut, perlu dibelaki dengan skill-skill khusus yang menunjang. Terkait dengan hal itu, Joesoef (2001: 198-199) menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya selalu dituntut untuk dapat mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka.

Berkaca dari perkara di atas, tentu elemen-elemen utama penyelenggara pendidikan seperti pemerintah dan sekolah haruslah memiliki sebuah formula yang tepat dalam penyelenggaraan pendidikan nasional guna menyiapkan generasi-generasi yang siap bersaing di tengah masyarakat modern. Sementara itu, pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia sejauh ini masih terkesan terburu-buru dan mencoba-coba, salah satunya dalam penerapan sistem kurikulum, yang mana setiap peralihan kepemimpinan akan selalu diikuti dengan perubahan kebijakan. Hal itu menyebabkan terjadinya ketidak merataan sistem pendidikan di Indonesia. Belum merata sebuah kurikulum di jalankan sudah berganti dengan kurikulum yang baru, sehingga akibatnya problematika internal pendidikan seperti strategi pembelajaran, peran guru, sistem kelembagaan sarana dan prasarana, menejemen, anggaran operasional dan permasalahan peserta didik tidak pernah benar-benar dapat diselesaikan.

Dilansir dalam situs www.cnnindonesia.com, Presiden Joko Widodo mengutarakan berbagai permasalahan yang dihadapai dalam pendidikan Indonesia, berdasarkan hasil survey Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 yang mendapatkan bahwa skor rata-rata Indonesia menurun dari tiga bidang kompetensi, dengan penurunan paling besar di bidang membaca yakni dengan skor 371 di posisi 74, rata-rata kemampuan membaca negara yang tergabung dalam The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memiliki skor 487. Selain itu, kemampuan matematika berada pada skor 389 dengan posisi 73 dan kemampuan sains dengan skor 396 di posisi 71. Melihat permasalahan itu, maka perlu dilakukan perbaikan baik dari segi peraturan, regulasi anggaran, infrastruktur, manajemen sekolah, kualitas guru, hingga beban administratif. Namun selain daripada permasalahan yang disebutkan di atas, ada hal lain yang juga tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan perhatian iaitu mengenai kecerdasan sosial, kepemimpinan, kepercayaan diri, penguasaan soft skill dan kemampuan problem solving.

Harus kita sadari bahwa setiap anak lahir dengan membawa potensi yang berbeda-beda, namun selama ini sistem pendidikan yang dibangun seolah-olah menyeragamkan peserta didik dimana paradigma tentang ‘anak pintar’ adalah anak yang mampu menguasai pelajaran-pelajaran yang diajarkan oleh guru, dan tidak melihat sisi lain dari peserta didik seperti keterampilan-keterampilan lain di luar pelajaran sekolah. Permasalahan lain juga yang dapat kita lihat pada sistem pendidikan di Indonesia ialah masih tampak tradisional, konservatif, birokratis dan resisten terhadap perubahan. Segudang pemasalahan yang disebutkan itu tentu tidak bisa diserahkan semuanya menjadi tanggungjawab sekolah saja untuk dapat memecahkannya, mengingat waktu dan proses belajar mengajar yang terbatas, sumber daya manusia tenaga pendidik dan berbagai permasalahan lainnya yang dihadapi oleh sekolah, namun diperlukan peran dari semua pihak, baik orang tua, masyarakat dan stakeholders lainnya harus terintegrasi dan bekerjasama guna mencapai tujuan dari pendidikan nasional yang sudah disebutkan dalam undang-undang dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada kabinet kepemimpinan presiden Joko Widodo yaitu Nadiem Anwar Makarim dengan mengadopsi filsafat belajar dari Ki Hajar Dewantara iaitu konsep ‘Merdeka Belajar’. Istilah merdeka belajar bukanlah sesuatu yang baru, namun Ki Hajar Dewantara telah menekankan bahwa kemerdekaan belajar haruslah dikenakan pada cara berfikir anak-anak, dengan maksud bahwa anak didik jangan selalu dipelopori atau disuruh mengakui daripada buah pikiran orang lain, akan tetapi membiasakan anak mencari sendiri pengetahuan dengan menggunakan pemikirannya sendiri (buku peringatan taman siswa 30 tahun,1922-1952).

Konsep ‘Merdeka Belajar’ memberikan kewewenangan penuh kepada sekolah untuk mengatur dan menemukan metode belajar yang tepat sesuai dengan lingkungannya, dimana anak diarahkan untuk lebih aktif dan kritis dalam menentukan sendiri metode belajarnya. Hal itu tentu harus diiringi dengan kesiapan sekolah untuk menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti akses sumber belajar dengan mudah. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk merealisasikan konsep ‘Merdeka Belajar’ adalah dengan melibatkan berbagai komunitas di luar pendidikan formal dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga konsep ‘Merdeka Belajar’ bukanlah semata-mata menjadi sebuah retorika. Seperti yang sudah disebutkan bahwa dalam mengimplementasikan konsep ‘merdeka belajar’ dengan melibatkan learning community yang ada di sekitar masyarakat, baik itu adalah komunitas budaya, komunitas agama, komunitas literasi, komunitas sosial, komunitas yang bergerak di bidang digital atau multimedia dan komunitas-komunitas lain yang menunjang sehingga peserta didik secara langsung dapat belajar dan merasakan pengalaman dan bukan hanya sekedar mendapatkan teori-teori di dalam kelas.

Berdasarkan penyataan dari mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim dalam podcast bersama Dedy Courbuzer, ia mengungkapkan bahwa peserta didik harus dapat secara langsung terlibat dalam berbagai macam proses pembelajaran di tengah-tengah masyarakat. Jika diibaratkan sebagai sebuah latihan berenang, selama ini anak-anak diajarkan untuk berenang di sebuah kolam renang saja, sekali-kali anak harus dilepas untuk berenang di lautan luas sehingga anak-anak dapat merasakan secara langsung dunia luar dan siap untuk survive di kemudian hari, tegasnya.

Penglibatan learning community dalam proses pembelajaran akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan anak baik perkembangan kognitif, perkembangan sosial, tanggung jawab dan kepercayaan diri. Selain itu, dengan kerjasama sekolah dan komunitas luar sekolah akan membantu anak untuk mendapatkan pengalaman baru dan ilmu baru yang tidak di dapatkan pada proses belajar di dalam kelas. Sebagai salah satu contoh dalam pelajaran seni budaya atau teknologi informasi, dengan melibatkan anak didik secara langsung dalam komunitas-komunitas budaya atau komunitas yang bergerak di bidang multimedia akan sangat membantu anak untuk memahami materi ajar yang diajarkan di sekolah serta mendapatkan pengalaman secara langsung dalam proses kreatifnya.

Konsep ‘merdeka belajar’ itu sendiri merupakan sistem belajar yang terintegrasi, dimana anak dapat belajar pada siapa saja dan dimana saja sesuai dengan minatnya, hal ini disebut sebagai Student Active Learning, sehingga guru bukanlah satu-satunya model dalam proses pembelajaran. Selain daripada itu, dengan sistem belajar yang memberikan kebebasan kepada anak didik, maka akan tercapai hasil yang baik dalam assesmen kompetensi dan survey karakter yang meliputi kemampuan bernalar, dengan standar numerasi, literasi, nilai-nilai Pancasila, kebinekaan global atau toleransi.

Jika kita menarik kesimpulan, bahwa salah satu solusi terhadap berbagai problematika dalam dunia pendidikan yang terjadi selama ini adalah dengan konsep ‘Merdeka Belajar’ yang di tawarkan oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang berasaskan pada filsafat belajar Ki Hajar Dewantara. Di antara langkah real yang bisa dilakukan oleh sekolah adalah dengan melibatkan komunitas-komunitas yang ada di sekeliling (Learning Community) sehingga anak dapat belajar dengan senang dan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam proses kreatif yang tidak di dapatkan di sekolah formal, sehingga anak akan siap untuk terjun ditengah-tengah masyarakat dan mampu bersaing dengan perkembangan zaman.

Sumber:
Shane, Harlod G., 1984, Arti Pendidikan Bagi Masa depan. Jakarta: Rajawali Pers.
Jeoseof, Daoed, 2001. “Pembaharuan Pendidikan dan Fikiran”, dalam sularto (ed). Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi: antara cita dan fakta. Jakarta:kompas.
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200403115741-20-489947/jokowi-kuak-3-masalah-pendidikan-yang-harus-dibereskan

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *